Sabtu, 27 Mei 2017

Hakekat Manusia Menurut Auguste Comte

Biografi


download

August Comte atau juga Auguste Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis, tanggal 17 Januari 1798. Ia adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai “bapak sosiologi”. Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Ia melanjutkan pendidikannya di PoliteknikÉcole di Paris.
Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.
Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise. Auguste Comte disebut sebagai bapak sosiologi karena beliaulah yang pertama kali memakai istilah sosiologi, serta mengkajinya secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad 19.




Hakekat Manusia

  1. Tahap Teologis
            Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam        terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala          tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan   kehendak seperti manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada     tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk lain. Tahap Teologis ini             dibagi lagi menjadi tiga tahap:
a.    Tahap yang paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap bahwa segala benda berjiwa (animisme).
b.    Tahap ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana seluruhnya diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang melatarbelakanginya sedemikian rupa hingga tiap tahapan gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme).
c.    Tahapan tertinggi dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi (Esa), yaitu dalam monotheisme. Singkatnya, pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang batiniah (sebab pertama). Manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak, artinya di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.
2.                  Tahap Metafisik
            Tahap transisi dari pemikiran Comte, Tahapan ini merupakan varian dari cara          berpikir Teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan         kekuatan-kekuatan abstrak dengan pengertian atau dengan benda-benda            lahiriah yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang       disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya             terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan           dalam konsep alam.

3.                  Tahap Positif
            Tahap positif dimana orang menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan         yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan, yaitu dengan pengamatan dan     dengan memakai akalnya. Tujuan tertinggi dari tahap positif adalah menyusun dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
            Bagi Comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga individu dan ilmu pengetahuan. Lebih jauh Comte berpendapat bahwa pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positif apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan kongrit.
            Terdapat kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai sejauh mana ilmu pengetahuan tersebut dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan. Demikian pandangan Auguste Comte tentang hukum tiga tahapnya, yang pada intinya menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah.
            Dalam hal ini Auguste Comte memberikan analog: manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis dibutuhkan figur dewa-dewa untuk menerangkan kenyataan.  Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan metafisis.  Pada tahap dewasa dan matang digunakan metode-metode positif dan ilmiah.





Refrensi :
http://www.idsejarah.net/2015/09/pergerakan-sejarah-menurut-auguste-comte.html

http://afirdauz.blogspot.co.id/2014/05/biografi-dan-teori-pemikiran-dari.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HAKEKAT MANUSIA MENURUT LUDWIG ANDREAS FEUERBACH

Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872) adalah seorang filsuf-ateis yang lahir di Bavaria, Jerman. Pada usia muda ia tertarik dengan soa...